Minggu, 23 Mei 2010

ASAL USUL KODE POS



Pernahkah anda nyasar atau bingung mencari alamat rumah seseorang? Ternyata bukan Cuma kita yang mengalaminya. Dulu hampir semua orang di seluruh dunia punya pengalaman yang sama. Tapi sejak diterapkan kode pos, segala urusan mencari-cari alamat, jadi sedikit lancer.

Awalnya, pemakaian kode pos sebagai pelengkap alamat bukan tujuan mempermudah di saat mencari rumah seseorang. Tapi untuk memudahkan pekerjaan di kantor pos sewaktu menyortir surat. Sistem kode pos pertama kali diterapkan di Iggris (1959), dan di Amerika Serikat (1963). Kabarnya, sekarang sudah 117 lebih negara yang berkode pos, dari 190 anggota Universal Postal Union atau Organisasi Pos Sedunia.

 

Sebelum ada kode pos, negara-negara tertentu sudah mengenal postal zone, yaitu kode angka tertentu yang ditambahkan pada nama kota. Seperti di Amerika Serikat, sebelum menerapkan Zone Improvement Plan (ZIP), dinas pos negeri itu telah menambahkan satu atau dua digit di belakang nama kota. Misalnya, Minnesota 16 atau St. Petersburg 1.

 

Umumnya, kode pos dibuat berupa deretan angka, huruf atau karakter terntu yang berjumlah 4-8 digit. Susunan digit tertentu biasanya merujuk pada  satuan wilayah geografi, seperti kelurahan, tertentu seperti perusahaan, kompleks perumahan, apartemen, atau instansi pemerintahan yang volume surat menurtanya cukup tinggi.

 

Belakangan, kode pos ternyata dirasakan belum cukup aman diterapkan dalam satu Negara tanpa memperhitungkan Negara lain. Seiring globalisasi, kode pos juga harus gaul dan menyesuaikan diri dengan kode-kode internasional yang ada.

 

Di Eropa, yang Negaranya saling berdekatan dan menggunakan bentuk kode pos sama, harus menambahakan kode dari license plate codes, yang sebenarnya direuntukkan bagi kendaraan bermotor. Seperti “D” untuk Jerman atau “I” untuk Italia. Kode pos di Argentina atau Turki malah menambahkan kode berdasarkan International Organization  of Standarization (ISO) 3166 yang merupakan kode internasional untuk Negara atau wilayah di dunia.

 

Sekian waktu digunakan, Negara-negara tertentu juga merasa harus menambah jumlah karakter kode pos agar semakin mudah dikategorikan. Pada 1983, Amerika memperkenalkan system baru ZIP+4, di mana kode pos yang ada ditambah lagi empat karakter yang merupakan kode blok alamat. Demikian pula Jepang yang merasa perlu menambah dua digit lagi pada 1998, sehingga menjadi tujuh digit.

 

Sementara Indonesia, sejak pertama kali dipakai pada 1980-an hingga sekarang, sudah merasa cukup dengan lima angka kode pos. dua digit pertama menunjukkan kotamdya atau kabupaten, seperti “12” untuk Jakarta Selatan atau “50” untuk Semarang.

 

Nah, apakah di zaman internet dan telepon seluler kode pos masih laku? Faktanya, jika kita mengisikan alamat rumah saat beregistrasi di internet, alamat yang disertai kode pos harus diisi. Tujuanya agar pengguna internet dapat diketahui keberadaannya secara fisik walau berhubungan di dunia maya. Sedangkan surat-menyurat lewat pos biasa sudah jauh berkurang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar